MAKNA UKHUWAH
Dalam
bukunya, Al Qiyam Al Islamiyah fi
Al-Suluk Al-Iqtisadiy, Ahmad Yusuf menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan sesamanya harus didasari keyakinan bahwa semua manusia
adalah bersaudara dan bahwa anggota masyarakat muslim juga saling bersaudara.
A. Pengertian Ukhuwwah
Ukhuwah pada mulanya berarti “ persamaan
dan keserasian dalam banyak hal”. Karenanya persamaan dalam keturunan
mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan
persaudaraan. Makna terahir ini antara
lain ditunjuk oleh firman Allah dalam QS. Al Isra’ : 27 yang berbicara
tentang persaudaraan (persamaan)
sifat-sifat manusia yang boros dengan setan.
Dalam
kamus bahasa ditemukan bahwa kata Akh juga digunakan dalam arti teman akrab
atau sahabat. Dalam Al Qur’an kata Akh dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak
52 kali, sebagian dalam arti saudara kandung, seperti pada -ayat yang berbicara tentang kewarisan dan
sebagian lainnya arti saudara sebangsa walau tidak seagama seperti dalam
Firmannya yang artinya :
. Dan (Kami telah
mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS Al A'
Raaf {7}: 65)
Bentuk
jamak dari kata akha dalam al Qur’an
ada dua macam;
Pertama ikhwan
yang digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ini
ditemukan sebanyak 72 kali, sebagian digandengkan dengan al din, seperti dalam surah Al Taubah : 11
Apabila
mereka bertaubat, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah
saudara kamu seagama. Dan sebagian
lainnya tanpa kata al din seperti
dalam Surah Al Baqarah ayat : 220 ”tentang dunia dan akhirat.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus
urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka,
maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan
dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” .
Kedua,
adalah ikhwan yang terdapat dalam Al Qur’an sebanyak 7
kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna
persaudaraan seketurunan ( kecuali satu ayat Innama al mu’minunna ikhwat” ( Al khujurat 10). Menarik untuk
dianalisis mengapa al Qu’ran, ketika berbicara tentang ukhuwat
imaniyah/Islamiyah itu, menggunakan kata ikhwah yang selalu digunakan untuk
arti persaudaraan seketurunan. Atau dengan kata lain, mengapa Al Qur’an tidak menggunakan kata ikhwan padahal kata
ini digunakannuya untuk makna persaudaraan tidak seketurunan. Bukankah lebih
tepat menggunakan kata terakhir ini melihat kenyataan bahwa saudara-saudara
seiman dan se Islam, terdiri dari banyak bangsa dan suku, yang tentunya tidak
seketurunan ? Hal ini bertujuan mempertegas
dan mempererat jalinan hubungan
antar sesama muslim. Seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh
keimanan mereka yang dalam ayat itu
ditunjuk oleh kata al mu’minuun, tetapi ia seakan dijalin pula
oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjuk
oleh kata ikhwah tersebut. Sehingga tidak ada satu alasan untuk
meretakkan hubungan antar sesama.
B. Macam-macam Ukhuwah
Kata
ukhuwah dalam arti persamaan sebagaimana arti asalnya dan penggunaannya dalam beberapa ayat dan
hadits, kemudian merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah, maka paling tidak dapat menemukan ukhuwah tersebut tercermin
dalam empat hal:
1. Ukhuwah fi al Ubudiyyah,
yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki persamaan.
Dan tidaklah binatang-binatang yang ada dibumi, dan tidak pula burung-burung
yang terbang dengan kedua sayafnya, kecuali umat seperti kamu juga (QS Al an'am
{6}; 38). Persamaan ini antara lain, dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah
(QS. Al Baqarah {2}; 28)
2. Ukhuwah fi al insaniyah,
dalam arti seluruh manusia bersaudara, karena mereka semua bersumber
dari ayah dan ibu yang satu. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.(QS Al hujurat, 49: 12), berdasarkan pembagian
ukhuwwah yang kedua ini maka semua manusia tanpa melihat agama adalah
bersaudara, sehingga tidak salah kalau masalah-masalah sosial semua manusia
harus saling bantu, saling menghargai, saling menghormati. Hal ini dijelaskan
dalam al-Qur’an

Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik
dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu. (Qs an Nisa’ 4, 86)
Berdasarkan
ayat ini, bila ada seorang non muslim mengucap salam (penghormatan) dengan
ucapan Assalamu’alaikum kepada
muslim, maka umat islam harus menjawab wa’alaikum
salam warahmatullahiwabarokatuh. Karena
salam bukan permasalahan aqidah tetapi ucapan Assalamu’alaikum adalah etika manusia bertemu dengan temannya.
Selain itu juga salam adalah bahasa bagi umat islam yang boleh dipakai setiap
ketemu dengan temannya sendiri.
3. Ukhuwah fi
al-wathaniyah wa al nasab. Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan
seperti yang disyaratkan dalam al-qur'an artinya:
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya. (Qs
Al A’raf, 7: 65), dan Qs Al Hujurat 10-12)
4. Ukhuwah fi din al Islam,
persaudaraan antara sesama muslim seperti bunyi surat al ahzab 5. demikian juga
dalam sabda Rasul Saw.” Antum ashabi,
ikhwanuna al ladzina ya’ tuna ba’di” ( kalian adalah sahabat-sahabatku,
saudara-saudara kita adalah yang datang
sesudah (wafat) ku. ( Quraish Shihab, 1994 : 358 )
Faktor penunjang lahirnya
persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak
persamaan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam rasa dan cita
merupakan faktor yang pada ahkirnya menjadikan seorang saudara merasakan derita
kepada saudaranya sebelum diminta serta memperlakukannya bukan atas dasar take and give tetapi justru “
mengutamakan orang lain walau dirinya sendiri kekurangan . (QS, Al Hasyr, 59 : 9 )
Keberadaan manusia
sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman yang dirasakannya pada saat
berada bersama jenisnya, dan dorongan kebutuhan ekonomi, juga meerupakan faktor
penunjang lahirnya rasa persaudaraan itu. Islam datang menekankan hal-hal tersebut dan menganjurkan untuk mencari titik singgung dan titik temu,
jangankan terhadap sesama muslim, terhadap non muslim pun demikian. (QS. Ali
Imran ayat 6 dan Saba’ ayat 24-25)
Persamaan dalam bidang
akidah dan toleransi dalam bidang furu’
apabila dipahami secara benar, pasti dapat mengantar kepada pemantapan Ukhuwah
Islamiyah, toleransi tersebut didasari oleh :
(a).
Tanawwu al ibadah, yang mengatur pada pengakuan akan adanya keragaman yang
dipraktikan Nabi Saw, dalam bidang furu’, sehingga semua diakui kebenarannya
(b).
Al Mukhthi’ fi Al Ijtihad lahu ajr ( yang salah pun dalam berijtihad
mendapat ganjaran, disamping penentuan yang benar dan salah bukan ditangan
makhluk tapi ditangan Allah )
(c).
La hukma lillah ijtihad al mujtahid, Allah belum menetapkan suatu hukum
sebelum upaya ijtihad seorang mujtahid, sehingga hasil ijtihad itulah yang
merupakan ketetapan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun
berbeda-beda. Sama halnya dengan sebuah gelas kosong yang harus diisi dan
diserahkan kepada masing-masing untuk mengisinya. Apa dan seberapapun isinya
adalah pilihan yang benar bagi masing-masing pengisi.( Quraish Shihab, 1994 :
359 )
C. Peringkat-peringkat ukhuwah
dalam Islam
Ukhuwah dalam Islam memiliki batas-batas dan rambu-rambu yang
jelas, tergariskan awal dan akhirnya. Jalan menuju ukhuwah memiliki sejumlah tahapan,
seseorang muslim tidak bisa menggapai ukhuwah dengan saudaranya
kecuali apabila melaluinya. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
(Abdul halim M, 2000 : 30 )
1. Ta’aruf
Kata ta’aruf berarti saling mengenal sesama manusia, seperti Ta’arrafu
ila Fulan artinya; saya memperkenalkan diri kepada si Fulan. (Abdul halim
M, 2000 : 30). Imam Ahmad meriwayatkan
dengan sanadnya dari Durrah binti Abi Lahab ra. (istri Abdullah bin umar ra.)
berkata , “ seorang laki-laki menghadap Nabi Saw. Ketika beliau berada diatas
mimbar. Ia bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik ? beliau menjawab, manusia yang paling baik
adalah yang paling banyak membaca Al-Qur’an, bertanya kepada Allah swt,
memerintahkan yang ma’ruf, mencegah
kemungkaran, dan menyambung tali silaturrahmi”.
Saling
mengenal diantara kaum muslimin merupakan wujud ketaatan kepada perintah Allah
swt. Pada ayat berikut artinya: “ Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami telah
menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.(Qs Al Hujurat, 49
: 13)
Yang
demikian itu mengharuskan seorang muslim mengenal saudaranya seiman, namanya,
nasabnya, dan status sosialnya, bahkan ia harus mengetahui hal-hal yang disukai
dan tidak disukainya hingga dapat membantunya jika ia berbuat baik, memohonkan
ampun untuknya jika ia berdosa, mendoakan untuknya dengan kebaikan jika tidak
berada ditempat, dan mencintainya jika ia bertaubat. Dan semuanya itu adalah
hak-hak muslim atas saudaranya seiman sebagaimana disebutkan dalam Hadits
Rasulullah Saw. Yang artinya “Empat hak orang muslim yang harus kau tunaikan ,
yaitu hendaklah engkau menolong orang yang berbuat baik, memintakan ampun bagi yang berbuat dosa,
mendo’akan kebaikan bagi yang berpisah, dan mencintai orang yang bertaubat
diantara mereka”.
Saling
mengenal diantara kamu ialah langkah pertama, dalam menuju terjalinnya ukhuwah karena Allah. Ia merupakan kunci
pembuka hati, penjinak, dan penarik simpati. Tahapan ta’aruf mengantarkan kepada tahapan berikutnya menuju ukhuwah islamiyah, yaitu ta’aluf.
2.Ta’aluf
Ta’aluf berarti bersatunya seorang muslim dengan
muslim lainnya, atau bersatunya seseorang dengan orang lain. Ta’aluf berasal dari kata ilf yang artinya persatuan. I’talafa an –nasu artinya orang bersatu
dan bersepakat.
Kata ulfah
juga serupa dengan kata ilf yang
memiliki makna kecintaan Allah SWT. Kepada orang-orang yang beriman, yang mana
Allah telah mempersatukan hati mereka. Allah swt berfirman
“ Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika
kalian dahulu dimasa jahiliyah bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hati
kalian dan menjadikan kalian orang-orang yang bersaudara karena nikmatnya”. (QS
Ali Imran: 103)
“Walaupun
kalian membelanjakan semua (kekayaan)yang berada dibumi, niscaya kalian tidak
akan dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. (QS Al Anfal: 63)
Pada
dasarnya kecintaan itu haruslah untuk
Allah karena apabila seorang muslim memiliki sifat lapang dada, bersih hatinya,
dan taat kepada Allah serta Rasulnya, dan merupakan sifat aslinya, maka ia akan
bersatu, mencintai, dan tertarik kepada keduanya. Hal ini sesuai dengan hadits
yang diriwayatkan Oleh Muslim dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra. Bahwa
rasulullah bersabda
“Ruh-ruh itu ibarat tentara-tentara yang
terkoordinasi, yang saling mengenal niscaya bersatu, sedangkan yang tidak saling
mengenal niscaya berpisah”.
1.
Tafahum
Hendaklah terjalin sikaf tafahum (saling memahami) antara seorang muslim dengan saudaranya
sesama muslim, yang diawali dengan kesepahaman dan prinsip-prinsip pokok ajaran
Islam, lalu dalam masalah-masalah cabang yang juga perlu dipahami secara
bersama. Adapun prinsip yang harus sama-sama dipahami oleh setiap muslim adalah sebagai berikut:
(1). Berpegang pada aturan Allah Swt. Artinya.
Menjadikan Allah sebagai sandaran dengan cara melaksanakan segala perintah Nya
dan menjauhi segala larangan Nya. Dengan demikian, manusia berpegang kepada rahmat dan petunjuk yang diberikan
Allah dalam rangka mengantarkannya kepada jalan yang lurus. Allah SWT Berfirman
“ Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah
dan berpegang teguh kepada Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam
rahmat yang besar dari Nya dan limpahan karuniaNya serta menunjuki mereka
kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada Nya “ . (QS. An Nisa’ :102)
2.
Ri’ayah dan Tafaqud
Ri’ayah dan tafaqud adalah, seorang
muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar ia bisa segera memberikan
pertolongan sebelum saudaranya tersebut memintanya. Karena pertolongan
merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Hal ini sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Anas R.a bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda
لا يؤ منُ احدُ كُمْ حتّى يُحبُّ لأ خيه
ما يحبُّ لنفسه
“ Tidaklah beriman seorang dari kalian sehingga ia mencintai
untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai.”
3.
Ta’awun
Ta’awun berarti saling
membantu. Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk
bantu-membantu dalam melaksanakan kebaikan, yang disebut dengan kata al birr, dan dalam prilaku
meninggalkan kemungkaran yang disebut
dengan kata at taqwa.
Indikasi ta’awun yang
dilaksanakan oleh orang yang ber ukhuwah
dalam Islam antara lain:
-. Ta’awun
dalam memerintahkan yang ma’ruf,
mengamalkan kebaikan dan melaksanakan ketaatan sesuai dengan petunjuk Islam,
yang pada intinya menyatakan bahwa sebaik-baik sahabat adalah yang
mengingatkanmu apabila lupa dan membantumu apabila ingat. Mentaati dan mendekatkan
diri kepada Allah merupakan amalan yang menyenangkan hati apabila terdapat
sahabat dan orang yang mau menolong.
-. Ta’awun dalam meninggalkan kemungkaran,
hal yang diharamkan, dan bahkan yang makruh, mencegah perbuatan mungkar dan ta’awun dalam meninggalkannya merupakan
prilaku yang menyenangkan hati.
-. Ta’awun dalam mendekatkan dan mendorong
manusia untuk berada diatas kebenaran, menghubungan mereka dengan jalan
petunjuk, dan berupaya terus menerus untuk mengubah mereka dari satu keadaan
kepada keadaan lain yang lebih diridhai Allah Swt ini merupakan amalan yang
seringkali membutuhkan usaha yang dilakukan oleh lebih dari satu orang karena itu harus ada Ta’awun.
4.
Tanashur
Ada beberapa pengertian
mengenai tanashur yakni antara lainL1).
Seseorang tidak menjerumuskan saudaranya kepada sesuatu yang buruk atau
dibenci, tidak pula membiarkannya tatkala ia meraih suatu kemaslahatan yang
tidak membahayakan orang lain. (2) menolongnya menghadapi setiap orang yang menghalanginya dari jalan kebenaran.
(Abdul halim M, 2000 : 40 )
terimakasih sangat bermanfaat . mudah2an berkah ilmunya
BalasHapusBelajar agama yg benar bro. Jangan belajarnya sama ulama suu'.
BalasHapusJangan asal terjemahkan Al-Qur'an seenak isi kepalamu. QS.An-Nisa 86 kau jadikan hujjah buat menjawab salam orang KAFIR? Bahkan lebih baik lagi? Antum tau gak Asbabun nuzul ayat itu?
Ya sudah. Muliakanlah mereka orang2 kafir itu seperti pemahaman otakmu yg dangkal.