Senin, 02 April 2012

UKhuwah dan pengertiannya


MAKNA UKHUWAH

            Dalam bukunya, Al Qiyam Al Islamiyah fi Al-Suluk Al-Iqtisadiy, Ahmad Yusuf menjelaskan  bahwa interaksi  manusia dengan sesamanya  harus didasari keyakinan bahwa semua manusia adalah bersaudara dan bahwa anggota masyarakat muslim juga saling bersaudara.
A. Pengertian Ukhuwwah
            Ukhuwah pada mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam banyak hal”. Karenanya persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Makna terahir  ini antara lain ditunjuk  oleh firman Allah  dalam QS. Al Isra’ : 27 yang berbicara tentang  persaudaraan (persamaan) sifat-sifat manusia yang boros dengan setan.
            Dalam kamus bahasa ditemukan bahwa kata Akh juga digunakan dalam arti teman akrab atau sahabat. Dalam Al Qur’an kata Akh dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, sebagian dalam arti saudara kandung, seperti pada -ayat   yang berbicara tentang kewarisan dan sebagian lainnya arti saudara sebangsa walau tidak seagama seperti dalam Firmannya yang artinya
. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"  (QS Al  A' Raaf {7}: 65)
            Bentuk jamak dari kata akha dalam al Qur’an ada dua macam;
Pertama ikhwan yang digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 72 kali, sebagian digandengkan dengan al din, seperti dalam surah Al Taubah : 11
            Apabila mereka bertaubat, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara  kamu seagama. Dan sebagian lainnya tanpa kata al din seperti dalam Surah Al Baqarah ayat : 220 ”tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” .
Kedua, adalah ikhwan    yang terdapat dalam Al Qur’an sebanyak 7 kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna  persaudaraan seketurunan ( kecuali satu ayat Innama al mu’minunna ikhwat” ( Al khujurat 10). Menarik untuk dianalisis mengapa al Qu’ran, ketika berbicara tentang ukhuwat imaniyah/Islamiyah itu, menggunakan kata ikhwah yang selalu digunakan untuk arti persaudaraan seketurunan. Atau dengan kata lain, mengapa Al Qur’an  tidak menggunakan kata ikhwan padahal kata ini digunakannuya untuk makna persaudaraan tidak seketurunan. Bukankah lebih tepat menggunakan kata terakhir ini melihat kenyataan bahwa saudara-saudara seiman dan se Islam, terdiri dari banyak bangsa dan suku, yang tentunya tidak seketurunan ? Hal ini bertujuan mempertegas  dan mempererat  jalinan hubungan antar sesama muslim. Seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh keimanan mereka yang dalam ayat  itu ditunjuk  oleh kata al mu’minuun, tetapi ia seakan dijalin pula oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjuk  oleh kata ikhwah tersebut. Sehingga tidak ada satu alasan untuk meretakkan hubungan antar sesama. 

B. Macam-macam Ukhuwah
            Kata ukhuwah dalam arti persamaan  sebagaimana arti asalnya  dan penggunaannya dalam beberapa ayat dan hadits, kemudian merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah, maka paling tidak  dapat menemukan ukhuwah tersebut tercermin dalam empat hal:
1.      Ukhuwah fi al Ubudiyyah, yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki persamaan. Dan tidaklah binatang-binatang yang ada dibumi, dan tidak pula burung-burung yang terbang dengan kedua sayafnya, kecuali umat seperti kamu juga (QS Al an'am {6}; 38). Persamaan ini antara lain, dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah (QS.  Al Baqarah  {2}; 28)
2.      Ukhuwah fi al insaniyah, dalam arti seluruh  manusia  bersaudara, karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.(QS Al hujurat, 49: 12), berdasarkan pembagian ukhuwwah yang kedua ini maka semua manusia tanpa melihat agama adalah bersaudara, sehingga tidak salah kalau masalah-masalah sosial semua manusia harus saling bantu, saling menghargai, saling menghormati. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (Qs an Nisa’ 4, 86)
Berdasarkan ayat ini, bila ada seorang non muslim mengucap salam (penghormatan) dengan ucapan Assalamu’alaikum kepada muslim, maka umat islam harus menjawab wa’alaikum salam warahmatullahiwabarokatuh. Karena salam bukan permasalahan aqidah tetapi ucapan Assalamu’alaikum adalah etika manusia bertemu dengan temannya. Selain itu juga salam adalah bahasa bagi umat islam yang boleh dipakai setiap ketemu dengan temannya sendiri.

3.      Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al nasab. Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan seperti yang disyaratkan dalam al-qur'an artinya:  
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya. (Qs Al A’raf, 7: 65), dan Qs Al Hujurat 10-12)  
4.      Ukhuwah fi din al Islam, persaudaraan antara sesama muslim seperti bunyi surat al ahzab 5. demikian juga dalam sabda Rasul Saw.” Antum ashabi, ikhwanuna al ladzina ya’ tuna ba’di” ( kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang  sesudah (wafat) ku. ( Quraish Shihab, 1994 : 358 )
Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam rasa dan cita merupakan faktor yang pada ahkirnya menjadikan seorang saudara merasakan derita kepada saudaranya sebelum diminta serta memperlakukannya bukan atas dasar take and give tetapi justru “ mengutamakan orang lain walau dirinya sendiri kekurangan . (QS, Al Hasyr,  59 : 9 )
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman yang dirasakannya pada saat berada bersama jenisnya, dan dorongan kebutuhan ekonomi, juga meerupakan faktor penunjang lahirnya rasa persaudaraan itu. Islam datang menekankan  hal-hal tersebut dan menganjurkan  untuk mencari titik singgung dan titik temu, jangankan terhadap sesama muslim, terhadap non muslim pun demikian. (QS. Ali Imran ayat 6 dan Saba’ ayat 24-25)
Persamaan dalam bidang akidah dan toleransi dalam bidang furu’ apabila dipahami secara benar, pasti dapat mengantar kepada pemantapan Ukhuwah Islamiyah, toleransi tersebut didasari oleh :
(a). Tanawwu al ibadah, yang mengatur pada pengakuan akan adanya keragaman yang dipraktikan Nabi Saw, dalam bidang furu’, sehingga semua diakui kebenarannya
(b). Al Mukhthi’ fi Al Ijtihad lahu ajr ( yang salah pun dalam berijtihad mendapat ganjaran, disamping penentuan yang benar dan salah bukan ditangan makhluk tapi ditangan Allah )
(c). La hukma lillah ijtihad al mujtahid, Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad seorang mujtahid, sehingga hasil ijtihad itulah yang merupakan ketetapan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun berbeda-beda. Sama halnya dengan sebuah gelas kosong yang harus diisi dan diserahkan kepada masing-masing untuk mengisinya. Apa dan seberapapun isinya adalah pilihan yang benar bagi masing-masing pengisi.( Quraish Shihab, 1994 : 359 )
C. Peringkat-peringkat ukhuwah dalam Islam
            Ukhuwah dalam Islam  memiliki batas-batas dan rambu-rambu yang jelas, tergariskan awal dan akhirnya. Jalan menuju ukhuwah memiliki sejumlah tahapan,  seseorang muslim tidak bisa menggapai ukhuwah dengan saudaranya  kecuali apabila melaluinya. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut. (Abdul halim M, 2000 : 30 )
1. Ta’aruf
Kata ta’aruf berarti saling mengenal sesama manusia, seperti   Ta’arrafu ila Fulan artinya; saya memperkenalkan diri kepada si Fulan. (Abdul halim M, 2000 : 30). Imam Ahmad  meriwayatkan dengan sanadnya dari Durrah binti Abi Lahab ra. (istri Abdullah bin umar ra.) berkata , “ seorang laki-laki menghadap Nabi Saw. Ketika beliau berada diatas mimbar. Ia bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik ?  beliau menjawab, manusia yang paling baik adalah yang paling banyak membaca Al-Qur’an, bertanya kepada Allah swt, memerintahkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran, dan menyambung tali silaturrahmi”.
            Saling mengenal diantara kaum muslimin merupakan wujud ketaatan kepada perintah Allah swt. Pada ayat berikut artinya: Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.(Qs Al Hujurat, 49 : 13)
            Yang demikian itu mengharuskan seorang muslim mengenal saudaranya seiman, namanya, nasabnya, dan status sosialnya, bahkan ia harus mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukainya hingga dapat membantunya jika ia berbuat baik, memohonkan ampun untuknya jika ia berdosa, mendoakan untuknya dengan kebaikan jika tidak berada ditempat, dan mencintainya jika ia bertaubat. Dan semuanya itu adalah hak-hak muslim atas saudaranya seiman sebagaimana disebutkan dalam Hadits Rasulullah Saw. Yang artinya “Empat hak orang muslim yang harus kau tunaikan , yaitu hendaklah engkau menolong orang yang berbuat baik,  memintakan ampun bagi yang berbuat dosa, mendo’akan kebaikan bagi yang berpisah, dan mencintai orang yang bertaubat diantara mereka”.
            Saling mengenal diantara kamu ialah langkah pertama, dalam menuju terjalinnya ukhuwah karena Allah. Ia merupakan kunci pembuka hati, penjinak, dan penarik simpati. Tahapan ta’aruf mengantarkan kepada tahapan berikutnya menuju ukhuwah islamiyah, yaitu ta’aluf.
2.Ta’aluf
Ta’aluf  berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya, atau bersatunya seseorang dengan orang lain. Ta’aluf berasal dari kata ilf yang artinya persatuan. I’talafa an –nasu artinya orang bersatu dan bersepakat.
Kata ulfah juga serupa dengan kata ilf yang memiliki makna kecintaan Allah SWT. Kepada orang-orang yang beriman, yang mana Allah telah mempersatukan hati mereka. Allah swt berfirman
“ Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu dimasa jahiliyah bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian dan menjadikan kalian orang-orang yang bersaudara karena nikmatnya”. (QS Ali Imran: 103)
            “Walaupun kalian membelanjakan semua (kekayaan)yang berada dibumi, niscaya kalian tidak akan dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. (QS Al Anfal: 63)
            Pada  dasarnya kecintaan itu haruslah untuk Allah karena apabila seorang muslim memiliki sifat lapang dada, bersih hatinya, dan taat kepada Allah serta Rasulnya, dan merupakan sifat aslinya, maka ia akan bersatu, mencintai, dan tertarik kepada keduanya. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Oleh Muslim dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra. Bahwa rasulullah bersabda
“Ruh-ruh itu ibarat tentara-tentara yang terkoordinasi, yang saling mengenal niscaya bersatu, sedangkan yang tidak saling mengenal niscaya berpisah”.
1.      Tafahum
Hendaklah terjalin sikaf tafahum (saling memahami)  antara seorang muslim dengan saudaranya sesama muslim, yang diawali dengan kesepahaman dan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam, lalu dalam masalah-masalah cabang yang juga perlu dipahami secara bersama. Adapun prinsip yang harus sama-sama dipahami oleh setiap muslim  adalah sebagai berikut:
(1). Berpegang pada aturan Allah Swt. Artinya. Menjadikan Allah sebagai sandaran dengan cara melaksanakan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya. Dengan demikian, manusia berpegang  kepada rahmat dan petunjuk yang diberikan Allah dalam rangka mengantarkannya kepada jalan yang lurus. Allah SWT Berfirman
“ Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari Nya dan limpahan karuniaNya serta menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada Nya “ . (QS. An Nisa’ :102)
2.      Ri’ayah dan Tafaqud
Ri’ayah dan tafaqud adalah, seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar ia bisa segera memberikan pertolongan sebelum saudaranya tersebut memintanya. Karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas R.a bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda

لا يؤ منُ احدُ كُمْ حتّى يُحبُّ لأ خيه ما يحبُّ لنفسه

“ Tidaklah beriman seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai.”
3.      Ta’awun
Ta’awun berarti saling membantu. Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk bantu-membantu dalam melaksanakan kebaikan, yang disebut dengan kata al birr, dan dalam prilaku meninggalkan  kemungkaran yang disebut dengan kata at taqwa.
            Indikasi ta’awun yang dilaksanakan oleh orang yang ber ukhuwah dalam Islam antara lain:
-. Ta’awun dalam memerintahkan yang ma’ruf, mengamalkan kebaikan dan melaksanakan ketaatan sesuai dengan petunjuk Islam, yang pada intinya menyatakan bahwa sebaik-baik sahabat adalah yang mengingatkanmu apabila lupa dan membantumu apabila ingat. Mentaati dan mendekatkan diri kepada Allah merupakan amalan yang menyenangkan hati apabila terdapat sahabat dan orang yang mau menolong.
-. Ta’awun dalam meninggalkan kemungkaran, hal yang diharamkan, dan bahkan yang makruh, mencegah perbuatan mungkar dan ta’awun dalam meninggalkannya merupakan prilaku yang menyenangkan hati.
-. Ta’awun dalam mendekatkan dan mendorong manusia untuk berada diatas kebenaran, menghubungan mereka dengan jalan petunjuk, dan berupaya terus menerus untuk mengubah mereka dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih diridhai Allah Swt ini merupakan amalan yang seringkali membutuhkan usaha yang dilakukan oleh lebih dari satu orang  karena itu harus ada Ta’awun.
4.      Tanashur
Ada beberapa pengertian mengenai tanashur yakni antara lainL1). Seseorang tidak menjerumuskan saudaranya kepada sesuatu yang buruk atau dibenci, tidak pula membiarkannya tatkala ia meraih suatu kemaslahatan yang tidak membahayakan orang lain. (2) menolongnya menghadapi setiap orang  yang menghalanginya dari jalan kebenaran. (Abdul halim M, 2000 : 40 )

2 komentar:

  1. terimakasih sangat bermanfaat . mudah2an berkah ilmunya

    BalasHapus
  2. Belajar agama yg benar bro. Jangan belajarnya sama ulama suu'.
    Jangan asal terjemahkan Al-Qur'an seenak isi kepalamu. QS.An-Nisa 86 kau jadikan hujjah buat menjawab salam orang KAFIR? Bahkan lebih baik lagi? Antum tau gak Asbabun nuzul ayat itu?
    Ya sudah. Muliakanlah mereka orang2 kafir itu seperti pemahaman otakmu yg dangkal.

    BalasHapus